Selamat datang di Webblog BEM FIS UNY - Badan Eksekutif Mahasiswa - Fakultas Ilmu Sosial - Universitas Negeri Yogyakarta 2012

Selasa, 03 Juli 2012

Melawan Pragmatisme Dunia Kampus


       Sejatinya dunia kampus adalah tempat pembentukan pemikir-pemikir kritis yang cerdas, tempat lahirnya generasi muda (mahasiswa) yang mempersoalkan ketimpangan dan kesenjangan menentang realitas objektif yang dianggap bertentangan dengan realitas subjektif. Output Universitas adalah mahasiswa yang memperjuangkan nilai-nilai yang menyangkut dengan kehidupan orang banyak yang termanifestasi dalam bentuk aksi-aksi yang bersifat lunak maupun aksi-aksi yang radikal. Untuk menjawab tantangan tersebut, pola pembinaan kampus harus keluar dari orientasi mencerdaskan menuju tataran pembentukan mahasiswa yang kritis dan peka dengan aspek sosial. 
           Tarikan pragmatis yang menggiurkan menyebabkan nilai-nilai perjuangan mahasiswa tergadaikan. Mahasiswa zaman sekarang adalah mesin intelektual yang dicetak perguruan tinggi untuk diluluskan kemudian melemparkannya ketengah masyarakat untuk membombardir masyarakat luas dengan berbagai retorika, wacana, yang kesemuanya menggunakan bahasa mesin intelektual ,  tak jarang kata yang di ucapkan merupakan kata serapan dari bahasa asing yang belum dimuat dalam kamus besar bahasa indonesia. Akibatnya masyarakat awam tak paham penjelasan bahasa mesin intelektual tadi dan hanya bisa diam.
       Praksis pola pembinaan mahasiswa yang dibumikan selama ini menjadi penyebab lahirnya  mahasiwa yang cenderung berfiikir pragmatis. Pertama, sistem penilaian akademik yang berorientasi hasil dan mengesampingkan proses, kemudian mendorong mahasiswa  melakukan apa saja demi untuk mendapatkan nilai baik. Hal tersebut semakin memperjelas  pragmatisme  mahasiswa yaitu lulus cepat dan mendapatkan nilai yang baik tanpa memiliki sifat kritis. 
         Kedua,mahasiswa suka yang lebih praktis, misalnya slide presentasi yang diberikan dosen. Tentu hal tersebut tidaklah cukup. Kalau hanya mengandalkan pemberian dosen, secara langsung mahasiswa mengokohkan budaya doktrinasi satu sudut pandang yang mengakibatkan gugurkan semangat kritis mahasiswa. 
        Ketiga, para pengajar di lingkungan perguruan tinggi mempunyai paradigma kutip-mengutip yang dianggap merupakan hal wajar, Selama ini, tak sedikit para dosen, yang terjebak pada pemahaman yang salah kaprah tentang kualitas sebuah makalah. Makalah yang baik kerap diidentikkan dengan banyaknya kutipan, dan banyaknya buku rujukan. Bukan menilai sejauhmana orisinalitas ide dan pemikiran para penulis makalah itu.
        Hal yang ada di atas tidak akan terjadi kalau mahasiswa benar-benar mengerti  tugasnya sebagai “Maha” siswa. Sejatinya mahasiswa harus  rajin membaca,  dengan membaca akan  menambah khazanah keilmuan yang menjadi landasan berpikir kritis dan peka dengan aspek sosial.
          Informasi yang masuk ke alam pikiran melalui membaca akan melahirkan ide-ide yang belum sempurna. Harus ada aktivitas untuk mengaktualkan bahan bacaan, salah satunya dengan budaya tulis. Hal ini karena keterbatasan daya ingat otak manusia, jika hanya membaca saja, bahan bacaan tersebut akan mudah hilang tanpa bekas. 
       Ikatlah ilmu dengan menuliskannya, begitu kata pepatah. Dengan menulis ide akan terekam dan memudahkan dalam koreksi serta penyebarluasan ide tersebut. Penyebarluasan ide berarti juga berbagi ilmu. Semakin besar ilmu itu tersebar semakin besar pula potensinya untuk bermanfaat. Jika ide tersebut mengajak ke perubahan yang baik, maka  hal tersebut menjadi aktualisasi koridor gerakan mahasiswa sebanarnya yaitu gerakan yang memperjuangkan nilai-nilai yang menyangkut dengan kehidupan orang banyak.
       Menulis juga merupakan sarana untuk melawan budaya Budaya lisan yang begitu mengakar dalam budaya nusantara. Oleh karena itu, di perlukan perubhan dalam pola pendidikan di lingkungan perguruan tinggi, pola yang di maksudkan adalah mendorong mahasiswa untuk lebih percaya diri dalam menuangkan ide kreatifnya dalaam bentuk tulisan dan menolak segala bentuk copy paste dari internet yang merupakan buah pikiran orang lain. Tunggu apalagi?, ayo menulis kawan.

Zainal Abidin
Pendidikan Kewarganegaraan dan Hukum

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Redaksi Lentera mengucapkan terimakasih atas kritik dan saran.

Redaksi menerima berbagai macam tulisan opini, artikel maupun info berita dll, kirim ke emali : bemfisuny@ymail.com atau langsung ke kantor kesekretariatan BEM FIS UNY di Kompleks Gedung Merah Fakultas Ilmu Sosial UNY, Telp/sms. 085790204920


JANGAN LUPA UNTUK MENINGGALKAN KOMENTAR !!!

 
Support : Dept.Media dan Jaringan | BEM FIS UNY | UNY
Copyright © 2011. BEM FIS UNY 2012 - All Rights Reserved
Template Modify by ipung Berjuang
Proudly powered by UNY