SIAPA ITU MAHASISWA ? Siapa? Siapa?
Tulisan ini berawal dari renungan penulis tentang hiruk
pikuk gerakan Mahasiswa yang berdasarkan empirik dan diskusi dengan beberapa
teman. Jika kita membicarakan tentang mahasiswa tak akan pernah habis untuk
dibicarakan, Mahasiswa adalah sekelompok pemuda yang bisa saja dikatakan
sebagai kelompok intelektual bahkan ekslusif. Kenapa harus dikatakan ekslusif?
Gelar mahsiswa yang disandang memanng ada bagi orang-orang khusus karena tidak
semua orang mempunyai gelar seperti ini.
Mahasiswa mampu menorehkan prestasi gemilang dalam panggung
politik nasional, dari semenjak angkatan 66 yang menggulingkan Soekarno,
angkatan 98 yang menggulingkan rezim otoriter soeharto sampai membawa arah
gerakan reformasi yang belum tuntas. Memang bisa dikatakan Mahasiswa sebagai
aktor dari perubahan politik tersebut, namun hemat penulis gerakan yang dibangun
Mahasiswa belum tuntas dan belum kepada tataran perbaikan. Sebagai contoh
penggulingan soekarno yang dianggap otoriter ternyata mampu melahirkan Rezim
yang jauh otoriter. Sedangkan era pasca penggulingan Soeharto gerakan yang
dibangun lebih cenderung euphoria semata. Hal ini berbeda dengan waktu
bergulirnya soempah pemoeda, apapun ideologinya, bangsa, dan bahasa ternyata
mampu menjadi inspirasi untuk genarasi selanjutnya dalam menata suatu bangsa.
Era reformasi yang dianggap sebagai zaman pencerahan politik nasional pada
dasarnya melahirkan dilema bagi generasi saat ini yang hendak dibawa kemana
gerakan Mahasiswa sekarang. Dilema itu berdasarkan pada pijakan politik
nasional yang kurang membaik, Korupsi dan otonomi daerah yang kurang dalam
penanganannya, gejolak antar daerah yang mengancam disintegrasi bangsa, belum
lagi dikaitkan dengan konflik antar etnik. Lantas dimanakah peran Mahasiswa
yang dikatakan sebgai kelompok intelektual ?
Format gerakan Mahasiswa saat ini
yang bisa jadi diberbagai kampus lebih cenderung sebagai musuh bukan menjadikan
persaingan sehat dalam mengkampanyekan politik mahasiswa yang elegan dan
santun. Tarik menarik pengaruh yang dilakukan oleh gerakan eksternal dalam peta
politik sengaja dimasukan dalam gerakan internal kampus memang tidak bisa
dibantah. Dengan kesimpulan gerakan Mahasiswa yang independen jauh dari harapan
dan semuanya berawal dari keberpihakan. Jika terus dilakukan dengan gerakan
Mahasiwa yang dibangun lebih menonjolkan arus politiknya dibandingkan membangun
kultur intelektual, apapun itu akan berakhir pada euphoria kemenangan tanpa roh
substansi yang jelas berdasarkan pendekatan empirik-historis. Saatnya kini
paradigma yang dibangun Mahasiswa dengan melakukan otokrtik,
politikus-politikus yang berdiri tegak dalam pemerintahan mereka adalah mantan
Mahasiswa juga, dengan paradigma sebagai musuh yang ditanamkan semenjak
Mahasiswa maka ber-output pada hasil perilaku penjabat-penjabat pemerintah yang
mampu kita lihat saat ini. Jika paradigma yang dibangun belum diubah bisa jadi
dimasa mendatang penjabat-penjabatnya saling sikut, saling injak, sandera
politik dan sebagainya. Asumsi itu berangkat pada kurang kapasitas dalam
menentukan regulasi dalam pemerintahan sehingga generasi yang dihasilkan dalam
gerakan Mahasiwa (GM) adalah mereka generasi kacungan, miskin intelektual, dan
penjilat kekuasaan.
Ahmad Bahtiar faqihuddin
Mahasiswa Pendidikan Sejarah 2009
FIS UNY
*pernah
dimuat di Buletin Lentera kampus Merah, Edisi I Pilwarek UNY, Maret 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Redaksi Lentera mengucapkan terimakasih atas kritik dan saran.
Redaksi menerima berbagai macam tulisan opini, artikel maupun info berita dll, kirim ke emali : bemfisuny@ymail.com atau langsung ke kantor kesekretariatan BEM FIS UNY di Kompleks Gedung Merah Fakultas Ilmu Sosial UNY, Telp/sms. 085790204920
JANGAN LUPA UNTUK MENINGGALKAN KOMENTAR !!!