MODERNISASI
PERGERAKAN MAHASISWA
Departemen
Sosial Politik, BEM FIS UNY menggelar sebuah agenda diskusi publik FIS STUDY CENTRE (FSC) yang bertemakan Modernisasi
Pergerakan Mahasiswa di Era
Kontemporer, Rabu (23/5)
di aula Fe UNY. Adapun narasumber diskusi adalah Yanuardi, M. Si (Dosen FIS UNY
dan Mantan Aktifis UGM), Pidi Winata (Presiden REMA UNY 2009), dan Sigit
Nursyam (Presiden REMA UNY 2008).
Sebagai
awal diskusi Yanuardi memaparkan bahwa permasalahan didalam pergerakan mahasiswa
adalah menentukan pergerakan modernitas mahasiswa yang tepat di era kontemporer
seperti saat ini, mengingat bahwa posisi mahasiswa sangatlah strategis dalam
perkembangan menentukan arah masa depan bangsa. Mahasiswa merupakan bagian dari
elit terdidik, bekal pengetahuan kritis dan luas yang diperoleh dari bangku
perkuliahan ataupun lainya, baik dari akademik maupun nonakademik menjadikan
mahasiswa selalu memiliki gagasan-gagasan cerdas guna menyelesaikan
persoalan-persoalan yang tengah dihadapi oleh lingkungannya maupun bangsa saat
ini.
Lebih
lanjut, Yanuardi yang merupakan mantan aktifis UGM memaparkan bahwa gerakan
mahasiwa yang penting dan perlu di revitalisasi saat ini adalah gerakan
intelektual yang bercirikan pada keseriusan untuk memproduksi gagasan-gagasan
cerdas dan solutif guna menyelesaikan persoalan yang ada pada masyarakat.
“Gerakan
intelektual yang murni harus dapat berbeda dengan aktivisme intelektual yang
lain” pangkas Yanuardi.
Aktivisme
yang dimaksud Yanuardi
adalah empat pola gerakan intelektual mahasiswa, antaralain yang pertama adalah
Intelektual Menara Gading, yakni
aktivitas mahasiswa
yang berusaha berfikir dan menuangkan
ide gagasan untuk kepentingan keilmuan semata tanpa peduli lingkungannya, atau
hanya untuk mendapatkan kenikmatan diri sendiri saja. Kedua adalah Intelektual Tukang, yakni gerakan
mahasiswa yang memposisikan diri sebagai pekerja intelektual. Ketiga adalah Intelektual Resi, yakni mahasiswa yang
menempatkan posisi sebagai
pengajar masyarakat yang berusaha menyampaikan nilai-nilai baik dan buruk
kepada masyarakatnya. Dan yang terakhir,
keempat adalah Intelektual Transformatif,
yakni intelektual yang berusaha melahirkan gagasan yang lahir dari dialektika
sosial dengan lingkungannya yang menjadi sebuah kekuatan yang mampu
mempengaruhi proses perubahan sosial.
“Gerakan
intelektual mahasiswa harus mampu menjadikan dirinya sebagai kekuatan pendobrak
guna mendorong terjadinya transformasi sosial di Indonesia, oleh karena itu mahasiswa
perlu mengambil posisi sebagai kekuatan intelektual transformatif, yaitu
gerakan intelektual yang mampu melahirkan ide-ide yang lahir dari proses
dialektika dengan masyarakatnya, sekaligus terus menerus memperjuangkan gagasan
tersebut bersama masyarakatnya guna mencapai transformasi sosial yang di
idealkan” papar Yanuardi lebih lanjut.
Hampir
sama yang disampaikan dengan Yanuardi, Sigit Nursyam (Presiden REMA 2008)
memaparkan 3 pola gerakan mahasiswa atau segitiga intelektual gerakan mahasiswa
antaralain, yang pertama Edukasi
adalah proses pendidikan terhadap suatu hal, kedua adalah Konsolidasi yakni perencanaan pergerakan, dan yang terakhir adalah Aksi yakni melakukan hal-hal
kontribusi-kontribusi kecil nyata.
“Ketiga
pola tersebut haruslah bersinergitas satu sama lainya karena satu sama lainya
saling timbal balik” tegas Sigit.
Lebih
lanjut, Sigit menjelaskan bahwa apabila ketiga pola tersebut terpisah, seperti
pola pergerakan mahasiswa yang hanya mengedepankan Edukasi dengan Konsolidasi
saja akan melahirkan gerakan mahasiswa Menara
Gading, jika pola pergerakan mahasiswa mengedepankan Aksi dan Konsolidasi maka
pola gerakan mahasiswa yang terlahir adalah pola gerakan mahasiwa yang Anarkis,
dan apabila gerakan mahasiswa yang mengedepankan Aksi dan Edukasi saja maka
pola gerakan yang terlahir adalah gerakan Sporadis.
“Pola
gerakan sporadis inilah yang sangat bahaya, pasalnya gerakan mahasiswa seperti
ini lah yang mudah dipatahkan, mudah bercerai berai dan dipecah belah” tegas
Sigit.
Menurut
Pidi Winata, Presiden Mahasiswa BEM UNY 2009 mengungkapkan harapan besar
terhadap pergerakan mahasiswa sekarang adalah bukan saatnya kita untuk terus
mengeluh pada keadaan, tetapi saatnya kita menyadari dan sadar bagaimana kita
untuk mengubahnya.
“Jadilah
mahasiswa pemecah masalah, bukan penambah masalah”, Tegas Pidi lebih lanjut. [ipung]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Redaksi Lentera mengucapkan terimakasih atas kritik dan saran.
Redaksi menerima berbagai macam tulisan opini, artikel maupun info berita dll, kirim ke emali : bemfisuny@ymail.com atau langsung ke kantor kesekretariatan BEM FIS UNY di Kompleks Gedung Merah Fakultas Ilmu Sosial UNY, Telp/sms. 085790204920
JANGAN LUPA UNTUK MENINGGALKAN KOMENTAR !!!